Menghadapi keinginan anak balita, nggak jarang buat orangtua kewalahan. Setiap keinginan anak harus dipenuhi saat itu juga sementara ada hal-hal yang nggak bisa dipenuhi orangtua. Kondisi ini disebabkan balita masih pada tahapan egosentris, dunia berpusat pada dirinya. Konflik pun terjadi, berakhir dengan tangisan sampai tantrum anak. Di pihak orangtua pun sama, banyak yang akhirnya kesal dan marah-marah pada anak. Untuk itulah pentingnya para orangtua memahami cara negosiasi dengan anak.
Seperti kebanyakan orangtua lain, saya pun sering mengalami konflik serupa. Contohnya susah mengerjakan suatu hal seperti mandi, masak, beres-beres, sementara Sera masih kepingin ditemani main. Kalau saya tinggal, bisa nangis-nangis, atau teriak-teriak bilang nggak mau ditinggal.
Hingga usia 3 tahun, Sera masih nempel kaya perangko. Maunya main ditemenin mamehnya terus. Saya nggak boleh ngapa-ngapain, bahkan Sera sampai nggak membolehkan saya pipis. Lebih parah lagi, nggak boleh sholat.
Berkutat dengan drama seperti ini seakan tidak ada habisnya. Kebanyakan kalau sudah seperti ini saya ambil dua pilihan aksi saling berlawanan. Mengalah, pilih nggak melakukan kegiatan apapun atau menentang. Saya biarkan Sera nangis lalu buru-buru lakukan kegiatan yang harus saya kerjakan. Tapi ini juga benar-benar menyiksa saya. Bukan solusi bahagia yang berakhiran menang-menang.
Suatu waktu saya baca di majalah Parenting Indonesia, ada judul wawancara antara suami istri seniman, Widi Mulia dan Dwi Sasono. Judulnya, Kami Harus Pintar Negosiasi dengan Anak. Seolah dapat ide segar dan saya teringat kembali sebuah buku yang mengajarkan negosiasi, "Mengasuh Anak dengan Cinta dan Logika". Di kepala saya muncul bohlam terang, Aha!
Negosiasi dengan anak. Kata-kata itu terus berputar di benak saya. Negosiasi, kenapa enggak? Sama halnya dengan urusan bisnis dan pekerjaan lainnya, negosiasi adalah hal yang biasa kita lakukan. Tujuan negosiasi adalah menyetarakan maksud dan tujuan pihak satu dan pihak lain hingga mencapai kata sepakat.
Mengajak si kecil bertukar pikiran dan negosiasi di usia dini kedengarannya mustahil. Pasalnya anak balita menurut pakar perkembangan anak Piaget berada pada tahapan kognitif praoperasional. Cirinya adalah egosentrisme. Namun begitu, kemampuan negosiasi perlu diajari pada anak agar dia belajar memahami dunia di luar dunianya.
Saya pun mulai coba terapkan pada Sera. Awalnya sulit, tapi setelah diterapkan beberapa kali, lambat laun Sera bisa diajak negosiasi. Sampai akhirnya kami sering mencapai kata sepakat. Yes, berhasil. Sera jadi lebih mudah 'dikendalikan.'
Di sini saya ingin berbagi ke Teman-teman Cara Mudah Negosiasi dengan si Kecil, yaitu:
- Dengarkan keinginan anak
- Sampaikan maksud dan keinginan kita
- Tawarkan pilihan
- Biarkan dia mengambil keputusan
- Menjalani keputusan
- Apresiasi
- Pengalaman yang pernah saya alami seperti di bawah ini.
Sera ngajak main barbie tapi mamehnya mau sholat.Saya dengarkan dulu maunya Sera apa, lalu dia bilang, "Mau main barbie sama mameh." Kemudian saya jelaskan, kalau mamehnya harus sholat dulu. Langsung, Sera merengek nggak mau. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Tangisnya hampir pecah. Dari posisi berdiri lalu saya jongkok, berusaha mensejajarkan dengan Sera. Menatap matanya, coba berempati pada keinginannya. "Oke, mameh tahu Kakak Sera mau main sama mameh. Mameh janji, sholatnya sebentar kok. Nanti setelah itu kita main yang banyaaak.." Lalu Sera diam, berpikir sejenak. "Iya boleh. Mameh sholatnya yang dikit yah...!" sambil senyum. Selanjutnya berikan dia pilihan. "Oke sayang, mameh kan mau sholat. Gimana kk sera mau nonton atau mau ikut mameh sholat?" Kadang Sera mau diajak sholat bareng, kadang milih nonton. Saya beri Sera kebebasan ngambil keputusan. Setelah kesepakatan tercapai, beri apresiasi si anak. "Makasih ya, kk Sera sudah mau menunggu mameh sholat."
Sejak saat itu saya terbiasa pakai cara negosiasi dalam hal apapun. Makan, main, jalan-jalan atau apapun. Keuntungannya, dengan bernegosiasi kami bisa dapat solusi menang-menang (win-win solution). Ngga ada drama lagi. Kekurangannya hanya waktu yang dibutuhkan makin panjang karena perlu waktu lebih lama bernegosiasi dengan anak balita ini. Yang pasti, orangtua harus tetap berusaha berempati dan memberi pemahaman ke anak.
Semoga postingan ini bermanfaat untuk Teman-teman yang ingin bernegosiasi dengan si kecil. Semoga berhasil.
Negosiasi membuat anak merasa dihargai yaa gin 🙂 Cuma butuh kesabaran aja dr ortu buat nunggu jawaban2 si kecil hhe
Iya betul teh, sama kaya orang dewasa juga yang senang dihargai. Kesabaran itu yang perlu ditambah stoknya, masih belajar ini juga teh. Makasih dah komen yaah^^
emaang.. jangan remehkan anak kecil yaa, gitu2 mereka bisa banget diajak negosiasi. Malah, kalau terbiasa jadi enak komunikasinya sama mereka ya 🙂
Setuju Mama Naia, iya lebih enak komunikasinya kalau udah biasa… Makanya harus latihan terus nih..^^
Cihuy bngt nih ilmu parentingnya.
Setuju bngt klo kita sbg ortu jg hrs ttp bs empati meski sm anak kecil krn pd dasarnya anak kecil ya 'org dewasa' dlm kemasan mini.
Mrk jg pnya hati & perasaan yg lbh ekspresif bhkn smpe baper! Hahahaa..
That's the art of parenting, though, dealing with the kids. 🙂
#komen sblmnya koq ga nongol yak?
Kayanya Mama Dee lebih paham ya, dealing with the kids.. Ceritain dong gimana pengalamannya juga ama si kakak.. Emang beneran baper ya? Hehe..
komen sebelumnya masih di postingan ini? soalnya di notif email ngga ada komen sebelumnya, Mba..
Negosiasi bahasa didunia pekerjaan dan dunia dewasa… rupanya bisa diterapkan juga ke anak-anak ya.. 🙂
Dan saya baru sadar akhir-akhir ini… Thanks sudah mampir ya Bang Iyus^^
Wah3x ini postingan keren yang bisa Bunda manfaatin ke cucu bunda. Pasalnya cucu Bunda ini walaupun usianya sudah 9 tahun, teuteup aja minta ditemenin kalau lagi nonton TV, maen games (PS4) kek, or nonton Yourtube di hapenya. Bunda kudu disampingnya, sampe2 kalo mau duduk di depan Komputer gak boleh tuh. Ini akan bunda coba terapkan ah. Nanti Bunda laporin hasilnya, ya. Thanks a lot for sharing through your blog.
Sama-sama Bunda.. Kayanya nih, cucu Bunda nge-fans gitu deh ama Bunda Yati..
Keliatannya Bunda gaul nih, asyik diajak main. Bikin cucu betah nempel terus.. Hihi.. Mudah-mudahan berhasil, ya Bun^^
postingan yang bermanfaat dan menambah wawasan
Terimakasih..
hihi lucu ya Sera, dulu Alfi juga begitu mbak, gak ngeblohin mamanya shalat sampai ngumpet2, sekarang sudah punya mainan sendiri jadi sudah mulai gak ngerecokin mamanya shalat, paling kalo lagi ngerjain apa gitu baru deh kadang gak boleh, makasih atas tipsnya ya
Oalah, punya cerita sama ya Mbak? Hihi syukurlah sekarang Alfi dah mulai asyik ama mainannya ya.. Sama-sama Mbak Evrina^^