Cinta Tak Bersyarat di Hotel Transylvania 2

Hotel Transylvania 2

Cinta Tak Bersyarat dalam Hotel Transylvania 2

Menjelang Halloween 2015  Sony Pictures Animation meluncurkan film  'Hotel Transylvania 2.' Kisah tentang para monster legendaris yaitu Dracula, Frankenstein, Wolf, Mummy, dan Zombie yang jauh dari kesan seram apalagi horor.  Film bergenre komedi animasi ini bisa menghibur seluruh anggota keluarga.

Setelah saya dan Sera menonton Film Hotel Transylvania 2, kami asyik menikmati kelucuan si monster sambil tertawa sepanjang film!

Baca juga: Review Hotel Transylvania 2

Kelucuan favorit saya diantaranya saat Frankenstein gagal menakuti gadis eh malah diajak selfie, si Mummy saat membaca mantra tiba-tiba pinggangnya encok, tokoh super pasrah si monster hijau lembek transparan, dan si nenek pemakan segala  yang sering berkata, "I didn't do that."

Bisa dibilang film ini berhasil membawa suasana bioskop ceria penuh gelak tawa.

Namun di balik kelucuan itu, saya terpikir satu hal. Seperti teringat sesuatu melalui film ini, tentang sebuah harapan yang tidak bisa dipaksakan pada orang yang kita cintai.

Kasih sayang kakek Dracula pada cucunya sangatlah besar. Dia memastikan cucunya tumbuh dan berkembang sempurna. Ikut menjaga Dennis dari dia dalam kandungan sampai lahir selain itu Dracula ikut mengasuh cucunya itu.

Mavis, ibunya Dennis pun memiliki kasih sayang melimpah untuk Dennis. Hal itu yang membuatnya selalu nampak melindungi Dennis kapan pun dan dimana pun.

Meskipun sama-sama cinta, tapi bentuk cinta antara Dracula dan Mavis keduanya berbeda. Mereka punya harapan yang bertolak belakang.

Dracula sangat berharap dia memliki keturunan yang juga sama seperti dirinya seorang monster. Misal harus memiliki taring, bisa berubah wujud, memiliki kekuatan super, dan juga sakti mandraguna. Untuk itu Dracula mendidik dan mengasuh Dennis agar kelak cucunya menjadi monster.

Sementara Mavis lebih memilih menerima Dennis apa adanya, tak memaksakan harus menjadi monster. Mavis tahu bahwa Dennis tidak punya tanda-tanda seorang monster. Sebagai ibu, Mavis ingin anaknya tumbuh seperti apa adanya. Maka Mavis berniat membesarkan Dennis di lingkungan manusia seperti ayahnya.

Hotel Transylvania 2 dalam dunia nyata

Ada kemiripan antara kisah Dracula-Mavis-Dennis dengan kisah di dunia nyata.  Biasanya kakek-nenek memiliki harapan pada cucu mereka. Sebuah harapan yang ketika cucu tersebut bisa mencapainya bisa jadi pelengkap kebahagiaan mereka. Harapan tersebut muncul bisa berupa nasihat, wejangan dan arahan. Misalnya seperti ini,"Nak nanti kalau sudah besar kamu jadi Pilot ya, seperti kakekmu."

Agar mimpinya tersebut terwujud, sang kakek berupaya supaya anak cucunya menjadi seperti apa yang dia impikan. Mendorong dengan semangat juga mendoakannya.

Menurut saya, wajar-wajar saja jika orangtua punya impian dan harapan pada anak/cucu mereka. 

Akan tetapi jangan sampai harapan tadi menjadi beban buat anak. Begitu anak tahu jika dia tidak mampu mewujudkannya maka orangtua akan sangat kecewa. 

Padahal, anak memiliki bakatnya tersendiri. Persis seperti apa yang Ayah Edy sampaikan melalui bukunya, anak adalah bibit pohon yang berkembang sesuai dengan bibitnya. Bibit pohon apel akan tumbuh dan besar menjadi pohon apel. Jangan pernah memaksakan bibit pohon apel menjadi pohon mangga. Begitu pula sebaliknya.

Anak yang berbakat melukis tidak mungkin jadi pilot. Lalu anak yang berbakat matematika tidak bisa dipaksakan menjadi pemain bola begitu kira-kira maksud analogi tersebut.

Sebagai orangtua sebaiknya kita perlu memahami setiap anak itu unik antara satu sama lain. Harapan orangtua janganlah menjadikan anak seperti yang mereka inginkan. Terlebih lagi memaksakan apa yang tidak bisa sang anak penuhi.

Namun doronglah anak menjadi versi terbaik dari yang anak itu sendiri inginkan. Mau jadi apa saja asal serius menjalaninya, atlet, seniman, peneliti, aktivis, atau profesi tidak umum sekalipun (misal penakluk hewan buas). Tampak tidak mudah ya menjalaninya?!

Inti dari semua cerita di atas adalah bahwa cinta itu seharusnya tak bersyarat. Cintailah apa adanya tanpa pamrih, tanpa harap walau sekecil apapun. Anak kita bukanlah milik kita, dia memang berasal dari kita namun dia adalah miliknya sendiri. 

Ini sedang saya coba lakukan untuk si putri kecil, mencintainya dan mendukung segala yang ia sukai. Ingin jadi apa, mau apa, asal dia bisa menjalani dengan tanggung jawab tidak masalah. Misalnya mau ibu rumah tangga atau wanita karir, kelak semua dia yang tentukan.

Akhir kata, saya sangat suka ucapan manis Kakek Dracula ini untuk cucunya tersayang Dennis di akhir film,

"No matter what you are; monsters, human, or unicorn.. You are perfect no matter who you are..."

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *