Inspirasi Parenting dari Kisah Nabi Yusuf AS

Dalam Qur'an berisi tema-tema menyangkut seputar kehidupan manusia seperti ketuhanan (hablumminallah), hubungan sesama manusia (hablumminanas), hari akhir, akhlak, dan lain-lain. Di antara tema-tema tersebut ada juga tema pengasuhan (parenting) salah satunya dalam Surat Yusuf. Kisah di dalam surat Yusuf mengubah cara pandang pengasuhan saya sejak 4 tahun lalu. Apa saja Inspirasi Parenting dari Nabi Yusuf yang saya temukan? Apa yang mengubah hidup saya setelah baca surat Yusuf? Ceritanya ada di postingan kali ini. 

Kilas balik ke masa 4 tahun lalu, Mameh berusia masih awal 30 dengan dua anak, yang pertama 5 tahun dan kedua sekitar 1 tahun. Waktu-waktu itu saya masih labil, emosional, yah bisa dibilang golongan emak bersumbu pendek. Gampang banget tersulut emosi.

Suatu hari saya capeek dengan rutinitas mengasuh yang menguras fisik - emosi. Menghadapi anak pertama yang gampang rewel terus menguji kesabaran saya. Entah kesabaran saya hanya setipis kulit ari, atau anak saya yang terlalu menuntut.

Berhadapan dengan anak yang hampir selalu menolak sesuatu. Bilang 'Nggak' atau 'Nggak mau' pada apapun sebelum mencobanya dulu. Nggak mau makan, nggak mau minum jus, nggak mau mandi, nggak mau pipis, nggak mau tidur dan rentetan penolakan lainnya.

Jadi nggak ada namanya jadwal yang ajeg buat rutinitas harian kakak. Semuanya serba mendadak semau-maunya dia. Alhasil jadwal saya ngikutin dia, mau mandi atau apapun. Adeknya lumayan bisa saya sesuaikan untuk jadwal mandi, nyusu sama mainnya. Tapi si kakak? Seperti bajaj, hanya dia dan Tuhan yang tau kapan mau belok. 

Kalau saya mentalnya lagi kuat, saya bisa sabar dan ikutin terus maunya dia dulu. Tapi dalam kondisi tertentu, pas dia cranky dalam hitungan detik saya ikut-ikutan cranky.

Akhirnya pertahanan emosi saya bobol juga lama-lama. Bawaannya jadi kesal dan ingin marah-marah terus dengan kerewelan si kakak. Tapi sekuat tenaga saya coba nggak sampai 'meledak' soalnya pasti berdampak buruk buat psikologis dia. Malu sebenarnya sama jurusan kuliah alias lulusan Psikologi kalau nggak bisa menangani emosi sendiri. Huhuhu.

Akibat si Mameh sering emosian, tidur jadi nggak tenang, makan juga, apalagi pas sedang sholat. Rasanya kepikiran terus kenapa begini. Muncul perasaan,

"Apa saya belum jadi ibu yang baik?"

"Kenapa anak saya seperti ini?"

Ketakutan-ketakutan itu terus menggelayuti pikiran. Sempat stress sampai nangis-nangis. Tapi mau bagaimana lagi  semua harus dihadapi, kan?!

Capeek akutuu.... T-T

Lelah hayati

Setiap kali buka mata, kepikiran drama apa lagi ya hari ini? Sudah kebayang muka kakak yang bilang nggak mau, nggak mau. 

Dalam kegalauan itu terngiang perkataan seorang ustadz tentang hubungan manusia dan Tuhan. Kata beliau saat manusia sering resah gelisah, pikiran tidak tenang, marah-marah atau emosional pastilah ada yang salah hubungan dirinya dengan Tuhan.  

Ah, iya! Mungkin saja selama ini saya kurang khusyuk beribadah. Terlalu larut dalam urusan mengasuh sampai hubungan saya dengan Tuhan hanya sebatas ritual wajib saja.

Menyadari ada kesalahan dalam diri, keesokan harinya setelah menunaikan shalat subuh saya membuka lagi Quran yang sudah lama tidak disentuh. Saya buka lembaran Qur'an secara acak. Kaku sekali rasanya tangan ini, bergetar jari-jari saat menyentuh kitab suci. Terselip rasa rindu bisa baca Al-Quran dengan tenang seperti waktu dulu sebelum punya anak-anak. 

Lembaran surat berhenti di Surat Yusuf. Saya baca pelan-pelan apa yang saya buka saat itu. Satu ayat demi satu ayat saya baca dengan artinya. Hati bergetar waktu meresapi isi surat Yusuf. MasyaAllah... Rasanya makin larut perasaan saat baca kisah Nabi Yusuf. Sedih, haru, bahagia, takjub, semua jadi satu. 

Alhamdulillah wa syukurillah! 

Dari membaca surat Yusuf kesedihan saya terobati. Memang benar kata Ustadz, dengan mengingat kalam Allah kita akan menemukan jawaban masalah-masalah kita. Setelah meresapi kisah Nabi Yusuf saya dapat pencerahan tentang pengasuhan (parenting). Poin-poin penting saya tuliskan di bawah ini. 

Anak-anak nikmat sekaligus ujian

Nabi Yaqub dikaruniai anak yang sangat banyak, yaitu 12 putera dari dua pernikahannya. Dalam riwayat, anak-anak Yaqub adalah kelak penerus dakwah ayahnya bahkan salah satu di antara mereka menjadi seorang Nabi.

Memiliki putera-putera adalah kebanggaan pada zaman dulu. Karena laki-laki kelak akan menjadi pemimpin ummat. Saat itu Nabi Yaqub telah Allah karuniai nikmat yang sangat besar berupa anak-anak soleh. Namun demikian Nabi Yaqub juga tak luput dari ujian saat anak-anaknya punya rasa iri dengki hingga sibling rivalry (cemburu pada saudara kandung)

Nabi Yaqub diuji saat menghadapi anak-anaknya yang iri pada saudara mereka nabi Yusuf. Walaupun Nabi Yaqub membagi kasih sayang yang sama dengan anak-anaknya tapi mereka melihatnya berbeda. Di mata anak-anaknya Ayah mereka hanya cinta pada Nabi Yusuf dan Bunyamin saja.

Karena iri hati pada Yusuf, saudara-saudara Yusuf ingin mencelakai Yusuf agar cinta Ayah mereka bisa tercurah hanya bagi mereka saja.

Kesabaran tanpa batas

Nabi Yaqub tahu anak-anaknya berbohong kalau Yusuf telah dimakan serigala saat bermain di hutan. Marah, kesal, sedih, campur jadi satu. 

Tak terbayang sebesar apa Nabi Yaqub merindukan Nabi Yusuf. Nabi tidak putus-putusnya beliau berdoa pada Allah SWT akan keselamatan putra kesayangannya. Siang - Malam doa-doa terus dipanjatkan agar Nabi Yaqub bisa bertemu kembali dengan Nabi Yusuf. Air mata Nabi Yaqub terus membasahi wajah dan janggutnya, setiap hari, selama berpuluh-puluh tahun hingga matanya memutih dan buta.

Keyakinan kuat dalam diri Nabi Yaqub suatu hari nanti akan bertemu dengan Nabi Yusuf yang dicintainya. Beliau menanti penuh kesabaran tanpa batas.

Menghukum anak-anak

Nabi Yaqub bukanlah malaikat, beliau juga sama seperti kita manusia yang punya perasaan marah, kecewa dan sedih. Saat beliau mengetahui Yusuf dibuang ke sumur oleh kakak-kakaknya, 

di sana Nabi Yaqub memberikan hukuman.

Hukumannya yaitu nabi Yaqub tidak berbicara pada mereka sepatah kata pun selama bertahun-tahun lamanya. Mungkin belasan atau puluhan tahun mendiamkan anak-anaknya tersebut. Nabi memberikan hukuman untuk mendidik anak-anak supaya mereka tahu batasannya. 

Kesabaran membuahkan hasil

Sampai hari yang dinanti itu pun tiba, Allah menjawab doa-doa nabi Yaqub. Allah kembali mempertemukan nabi Yaqub dan Nabi Yusuf setelah perpisahan berpuluh-puluh tahun. Entah berapa ribu hari Nabi Yaqub menanti dan terus menerus berdoa tanpa henti, supaya bisa bertemu lagi dengan buah hatinya. 

Kesabaran nabi Yaqub membuahkan hasil, akhirnya ia bisa bertemu kembali dengan nabi Yusuf. Namun saat itu nabi Yaqub tidak bisa melihat rupa anaknya tersebut karena ia telah buta. Dengan usapan nabi Yusuf ke wajah nabi Yaqub seketika penglihatan ayahnya itu kembali pulih. Nabi Yaqub bisa melihat lagi. Maha Besar Allah...

Memaafkan adalah obat terbaik

Satu hal penting dari Kisah Nabi Yusuf yaitu nabi memaafkan perbuatan kakak-kakak yang telah berlaku buruk kepadanya. Nabi Yusuf mencontohkan walau telah disakiti, dibuang ke sumur, tapi ia tidak punya rasa dendam sedikitpun. Nabi Yaqub pun demikian, beliau kemudian memaafkan anak-anaknya dan mulai berbicara lagi kepada mereka. 

Selain itu, saling memafkan salah satu ajaran Islam yang mulia. Dengan saling memaafkan akan mempererat ikatan sekaligus mendapatkan rahmat Allah Swt. Saat anak salah orangtua memaafkan anak juga sebaliknya, anak memaafkan orangtua jika ada salah. 

Saudara seharusnya dalam keluarga terbentuk saling menghormati, menyayangi dan memaafkan satu sama lain. 

HIkmah buat saya yang didapat hari itu:

  • Anak, adalah nikmat dan karunia sekaligus ujian dari Allah SWT.
  • Anak adalah amanah yang suatu saat akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT.
  • Anak adalah ujian kesabaran orang tuanya.
  • Serahkan urusan pada Allah SWT, doakan agar Allah SWT selalu menjaga anak kita.

Betul kata Pak Ustadz ya, saat-saat mengalami kesulitan menghadapi permasalahan dunia maka jawabannya ada pada hubungan pada Tuhan. Perbaiki, perbaiki, perbaiki terus. Dekatkan diri pada Sang Maha Punya. Cari jawaban dan hikmah dari Al-Quran, pedoman kita. Di dalamnya begitu banyak tema yang berkaitan dengan masalah-masalah duniawi. Masalah apapun termasuk ada di dalamnya tentang (parenting).

Jadi semangat lagi rasanya....

Mengasuh anak bukan perkara mudah, kondisi kita pun harus siap fisik, mental dan juga ilmu. Kadang kita selalu diuji dengan perilaku menyusahkan dari si anak. Apalagi saya mudah sekali emosian saat kurang tidur, biasanya berimbas pada kesiapan mengadapi si kakak waktu rewel.

Oh iya, buat reminder saya pernah posting tentang Dahsyatnya Menjadi Orangtua. Renungan saat menyadari peran besar yang diemban waktu jadi orangtua.

Semangat lagi belajar parenting-nya, yuk!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *